MAKALAH
“KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Ekonomi Keuangan Islam”
Dosen Pengampu :
Dhony Manggala Putra, SE,. M.M
Disusun Oleh Kelompok 2 :
1. Vahma Nur Aida (12402183186)
2. Ahmad Bagas Firdaus (12402183209)
3. Maulida Azizah (12402183210)
EKONOMI SYARIAH 5 E
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya pada kita semua. Dan tidak lupa shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Kondisi Keuangan Perusahaan” ini dalam keadaan
sehat wal ‘afiat tanpa kurang suatu apapun.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan pihak-pihak lain, oleh
karena itu kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
A.
Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan
berbagai fasilitas dalam pembuatan makalah ini.
B.
Dhony Manggala Putra,
SE,. M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Keuangan Islam
C.
Semua pihak yang telah banyak membantu menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa IAIN
Tulungagung pada umumnya.
Wassalamualaikum
wr.wb
Tulungangung, September 2020
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Laporan Keuangan yang Pokok. 3
B. Modifikasi Data Akuntansi untuk Pengambilan Keputusan 6
C. Market Value
Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA) 8
D. Analisis Common Size dan Analisis Indeks 9
E.
Analisis Rasio Keuangan 12
F. Cara Menggunakan
Rasio-rasio Keuangan
G. hdjhfdhfj
Bab III PENUTUP
A. Kesimpulan 18
B. Saran 19
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Analisis laporan keuangan
merupakan satu bagian penting dan terintegrasi dari analisis bisnis. Analisis
bisnis itu sendiri adalah proses mengevaluasi prospek dan resiko ekonomi dari
suatu entitas bisnis atau lingkungan bisnis, analisis atas strategi yang
diterapkan di perusahaan, analisis posisi perusahaan, serta analisis kinerja
keungan perusahaan.
Setiap badan usaha terutama yang bermotif laba atau
perusahaan perlu menyediakan informasi yang diperlukan sebagai alat
pertanggungjawaban kepada berbagai pihak yang memiliki kepentingan.
Pertanggungjawaban disediakan dalam bentuk laporan yang menggambarkan hasil
operasi perusahaan sehari-hari selama satu periode laporan. Laporan tersebut
juga memberikan informasi mengenai pertanggungjawaban penggunaan aktiva,
penggunaan utang dan modal selama periode laporan dalam bentuk laporan posisi
keuangan perusahaan.
Laporan-laporan di atas perlu dibuat sebagai wujud
komunikasi manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perushaan. Melalui laporan-laporan tersebut, maka pihak yang berkepentingan
akan dapat melihat potret perusahaan dan kinerja perusahaan selama periode
laporan. Setelah melihat kondisi perusahaan melalui laporan keuangan yang
disediakan, maka para pihak tersebut dapat menentukan kelanjutan hubungannya
dengan perusahaan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
bentuk laporan keuangan yang pokok?
2.
Bagaimana
modifikasi data akuntansi untuk pengambilan keputusan?
3.
Apa
Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA) ?
4.
Bagaimana
analisis Common Size dan analisis Indeks ?
5.
Apa
yang dimaksud analisis rasio keuangan?
6.
Bagaimana
menggunakan rasio-rasio keuangan?
7.
Bagaimana
analisis keuangan sistem Du Pont dan analisis rentabilitas ekonomi?
8.
Bagaimana
cara penggunaan data keuangan dari laporan keuangan?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Untuk
memahami bentuk laporam keuangan pokok
2.
Untuk
memahami modifikasi data akuntansi untuk pengambilan keputusan
3.
Untuk
mengetahui yang dimaksud Market Value Added (MVA) dan Economic Value
Added (EVA)
4.
Untuk
mengetahui analisis Common Size dan analisis Indeks
5.
Untuk
mengetahui yang dimaksud analisis rasio keuangan
6.
Untuk
memahami menggunakan rasio-rasio keuangan
7.
Untuk
memahami analisis keuangan sistem Du Pont dan analisis rentabilitas
ekonomi
8.
Untuk
mengetahui cara penggunaan data keuangan dari laporan keuangan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Laporan
Keuangan yang Pokok
Laporan keuangan yang dapat disediakan oleh
perusahaan terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya : laporan neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas dan laporan laba ditahan. Di antara berbagai laporan
tersebut, laporan neraca dan laporan laba rugi merupakan laporan keuangan pokok
dan sisanya merupakan laporan tambahan.
Neraca dan laporan laba rugi merupakan dua laporan
minimal yang harus ada untuk menilai posisi keuangan perusahaan dan kinerja
perusahaan selama periode laporan. Sedangkan laporan arus kas dapat dibentuk
dari laporan neraca dan laporan laba rugi, sementara laporan laba ditahan
sesungguhnya dapat tercermin dari laporan neraca.
1. Neraca
Neraca
adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal
tertentu. Posisi keuangan perusahaan terdiri dari posisi aktiva (assets),
kewajiban (liabilities), dan modal sendiri (equity).
Akun-akun
(accouts) neraca pada sisi aktiva, disusun berdasarkan urutan
likuiditas, jadi makin ke atas posisi akun tersebut maka menunjukkan asset atau
aktiva yang makin tidak likuid. Likuid maksudnya adalah makin mudah untuk
dicairkan.
Sementara
pos-pos yang ada pada sisi pasiva, disusun berdasarkan jangka waktu. Makin ke
atas menunjukkan pos atau akun yang jangka waktunya makin pendek, dan makin ke
bawah menunjukkan jangka waktu yang makin panjang. Kita bisa lihat bahwa utang
lancar berjangka waktu pendek, utang jangka panjang berjangka waktu panjang
tetapi tidak lebih panjang dadipada modal sendiri (stockholders’ equity).
2. Laporan
laba rugi
Laporan
laba rugi adalah laporan yang menggambarkan kinerja operasi perusahaan selama
periode waktu tertentu. Laporan laba rugi menggambarkan perolehan pendapatan
dan pengeluaran biaya selama periode tersebut. laporan laba rugi umumnya
disusun secara menurun dalam satuan kolom tertentu dengan memasukkan unsur
pendapatan terlebih dahulu dan kemudian diikuti unsur biaya-biayanya. Dengan
menselisihkan pendapatan dengan biayanya maka akan diperoleh laba atau lugi perusahaan.
3. Laporan
laba ditahan
Laporan
laba ditahan adalah laporan yang menggambarkan perubahan posisi laba ditahan
selama periode waktu tertentu. Pada laporan laba ditahan ini akan diketahui
beberapa saldo laba ditahan awal, pembayaran dividen selama periode tersebut
dan saldo laba ditahan akhir.[1]
Neraca menunjukkan posisi kekayaan perusahaan, kewajiban
keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Kekayaan disajikan
dalam bentuk aktiva, sedangkan kewajiban dan modal sendiri pada sisi pasiva.
Pada neraca dapat dilihat bahwa Kekayaan = kewajiban + modal sendiri.
Kebanyakan kekayaan perusahaan disajikan pada harga
historis, dan apa yang tercantum pada neraca tersebut disebut sebagai nilai
buku. Berikut disajikan contoh neraca PT. “TSR” pada tahun 19X1 dan 19X2
Untuk mengetahui
laba yang diperoleh oleh perusahaan maka dibutuhkan laporan laba rugi. Jenis
laporan ini menunjukkan bahwa laba atau rugi yang diperoleh perusahaan dalam
periode waktu tertentu (misalnya satu tahun). Pada perhitungan laba rugi
tersebut akuntan memasukkan beban penyusutan dari penggunaan aktiva tetap
berwujud (tangible assets) dan mungkin juga amortisasi dari penggunaan
aktiva tidak berwujud (intangible assets), seperti hak cipta, merek
dagang dan sebagainya. Sesuai dengan prinsip matching di dalam
akuntansi. Para manajer, analis sekuritas dan pejabat kredit bang seringkali
memperhatikan EBITDA (Earnings Before Interest Taxes Depresiation and
Amortization, atau laba sebelum bunga pajak depresiasi dan amortisasi),
karena angka inilah yang dinilai menunjukkan kemampuan menghasilkan kas dari
operasinya yang diperlukan untuk berbagai kegiatan. [2]
B.
Modifikasi
Data Akuntansi untuk Pengambilan Keputusan
Data laporan yang
disiapkan akuntan (setelah dilakukan analisis) lebih banyak bermanfaat langsung
bagi para kreditur dan petugas pajak daripada para manajer dan analisis saham.
Karena itu modifikasi diperlukan agar informasi untuk pengambilan keputusan
tersebut bermanfaat bagi para manajer dan analisis saham.
Dari total asset
yang dimiliki oleh perusahaan seberapa yang merupakan aset-aset operasi (operating
assets) dan yang merupakan aset-aset non operasi (non operating assets).
Aset-aset operasi terdiri dari kas dan sekuritas-sekuritas yang dapat
diperdagangkan, piutang koperasi, persediaan dan aktiva tetap yang diperlukan
untuk beroperasinya perusahaan. Aset-aset non operasi terdiri dari sekuritas
yang dapat diperdagangkan di atas jumlah yang layak untuk operasi normal,
investasi pada anak perusahaan, tanah yang digunakan untuk kegiatan di masa
datang, dan lain-lain.
Jumlah aktiva
lancar disebut operating working capital (modal kerja operasi),
sedangkan operating working capital dikurangi dengan hutang dan
rekening-rekening accruals disebut dengan net operating working
capital
Net operating
working capital = Rp. 328 – (Rp. 89 + Rp. 20 + Rp. 32)
= Rp. 187 juta
Total operating capital = net operating working capital +
net fixed assets
Untuk PT. TSR tahun 19X2
Total operating capital
= Rp. 187 + Rp. 550
= Rp. 737
Untuk PT. TSR tahun 19X1
Total operating capital = Rp 158 + Rp. 600
= Rp. 758 juta
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Apabila dua perusahaan memiliki jumlah utang yang
berbeda, dan karenanya membayar bunga yang berbeda pula, mereka mungkin
memiliki kinerja yang hampir sama, tetapi akan melaporkan laba setelah pajak
yang berbeda. Untuk membandingkan kinerja operasi yang lebih baik untuk
mengukur kinerja manajemen, dipergunakan Net Operating Profit After Tax (NOPAT).
NOPAT menunjukkan laba yang akan diperoleh oleh suatu perusahaan apabila
perusahaan tersebut tidak menggunakan hutang atau tidak memiliki non
operating assets. NOPAT didefinisikan
NOPAT =
EBIT (1 - tarif pajak penghasilan)
Dengan menggunakan contoh PT. TSR untuk tahun 2002, maka
:
NOPAT =
Rp. 300 (1 – 0,32)
=
Rp. 204
Free Cash Flow (FCF) atau arus kas bebas
Untuk menghitung free cash flow dapat dilakukan
sebagai berikut.
NOPAT PT. TSR pada tahun 19X2 adalah Rp. 204 juta. Operating
cash flow nya sama dengan NOPAT ditambah depresiasi dan amortisasi. Demikian
dengan 19X2
Operating
cash flow = NOPAT + Depresiasi
=
Rp. 204 juta + Rp. 50
=
Rp. 254 juta
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pada akhir tahun
19X1 PT. TSR mempunyai operating assets/operating capital sebesar Rp.
758 juta, dan pada akhir tahun 19X2 sebesar Rp. 737 juta. Karena itu selama
tahun 19X2 PT. TSR melakukan net investment pada operating capital sebesar
:
Net investment pada operating capital =
Rp. 737 - Rp.758
= -Rp. 21 juta
Sedangkan kalau kita hitung gross investment-nya
pada tahun 19X2
Gross investment pada operating assets = Net investment + depresiasi
=
-Rp. 21 + Rp. 50
=
Rp. 29 juta
FCF PT. TSR pada tahun 19X2 adalah
FCF = Operating
cash flow – gross investment pada operating assets
= Rp. 254 – Rp 29
= Rp.
225 juta
Secara al-jabar, persamaan yang ekuivalen :
FCF = NOPAT – Net
investment pada operating assets
= Rp.
204 – (-Rp. 21)
= Rp.
225 juta
C.
Market
Value Added (MVA) dan Economic
Value Added (EVA)
Market Value Added adalah kemakmuran pemegang saham dapat dimaksimumkan
perberdaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang
diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan).
MVA = nilai pasar saham – modal sendiri yang disetor oleh
pemegang saham (jumlah saham beredar)(harga saham) – total modal sendiri
Economic
Value Added (EVA) menilai efektivitas manajerial untuk suatu tahun
tertentu. Rumus EVA sebagai berikut :
EVA = NOPAT –
biaya modal setelah pajak, dalam rupiah, untuk operasi
=
EBIT (1 – tarif pajak) – (operating capital)(biaya modal perusahaan
setelah pajak)
Perhitungan MVA (misal harga saham Rp. 600 per lembar dan
jumlah saham 1.000.000 lembar) dan EVA (misal biaya modal perusahaan setelah
pajak adalah 15%)[3]
D.
Analisis
Common Size dan Analisis Indeks
1.
Analisis Common Size
Analisis
ini merubah angka-angka yang ada dalam neraca dan laporan rugi laba menjadi
persentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk angka-angka yang ada di neraca, common
base-nya adalah total aktiva. Dengan kata lain total aktiva dipergunakan
sebagai 100%. Untuk angka-angka dalam rugi laba, penjualan neto dipergunakan
sebagai 100%. Berdasarkan analisis tersebut, maka neraca rugi laba PT. TSR
Nampak pada tabel 5.3.
Penyajian
dalam bentuk common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca. Sementara pada
sisi aktiva nampaknya tidak banyak perubahan komposisi (hanya aktiva lancar
sedikit meningkat pada tahun 19 x 2 dibandingkan dengan tahun 19 x 1), pada
sisi pasiva nempak bahwa komponen modal sendiri meningkat cukup berarti. Yaitu
dari 47,6% menjadi 58,9%. Dipandang dari sisi permodalan, keadaan ini
menunjukkan peningkatan permodalan perusahaan.
Tabel
5.3. Neraca common size PT. “TSR” pada 31 Desember 19 x 1 dan 19 x 2
|
19
x 1 |
19
x 2 |
|
19
x 1 |
19
x 2 |
Kas |
2,2% |
2,8% |
Hutang dagang |
9,9% |
10,1% |
Sekuritas |
1,1 |
1,7 |
Hutang wesel |
4,4 |
2,3 |
Piutang |
18,5 |
|
Hutang pajak |
3,2 |
3,6 |
Persediaan |
12,8 |
12,8 |
Hutang bank |
13,1 |
13,7 |
Total aktiva lancar |
34,6 |
37,3 |
Kewajiban lancar |
30,6 |
29,7 |
|
|
|
|
|
|
Aktiva tetap (bruto) |
76,2 |
79,7 |
Hutang jangka panjang |
21,8 |
11,4 |
Akumulasi penyusutan |
10,8 |
17,0 |
Modal sendiri |
|
|
Aktiva tetap (neto) |
65,4 |
62,7 |
Saham |
32,6 |
34,2 |
|
|
|
Laba yang ditahan |
15,0 |
24,7 |
Total |
100,0 |
100,0 |
Total |
100,0 |
100,0 |
Laporan
rugi laba yang disajikan dalam bentuk common size ditunjukkan sebagai
berikut ini.
Tabel
5.4. laporan rugi laba common size PT. TSR, 1/1/19 x 2 – 31/12/19 x 2
Penjualan |
100,0% |
Harga pokok penjualan |
68,2 |
Laba kotor |
31,8 |
Ongkos-ongkos umum,
penjualan dan administrasi |
18,2 |
Laba operasi (sebelum
bunga dan pajak) |
13,6 |
Bunga |
2,5 |
Laba sebelum pajak |
11,1 |
Pajak |
3,5 |
Laba setelah pajak |
7,6 |
Penyajian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
mampu memperoleh laba operasi sebesar 13,6% dari penjualan. Sedangkan laba
setelah pajak yang diperoleh adalah sebesar 7,6% dari penjualan. Apabila
penyajian dalam bentuk ini dibandingkan dari waktu ke waktu, maka akan mudah
diperoleh kesimpulan apakah misalnya terjadi kenaikan dalam harga pokok
penjualan dan sebagainya.[4]
2. Analisis
Indeks
Analisis
ini merubah semua anga dalam suatu laporan keuangan pada tahun dasar menjadi
100. Pemilihan tahun dasar bukanlah selalu tahun yang paling awal, tetapi tahun
yang dianggap normal. Dengan demikian analisis ini dilakukan untuk
membandingkan perkembangan dari waktu ke waktu.
Tabel
5.5, indeks neraca PT. “TSR” pada 31 Desember 19 x 1 dan 19 x 2 (19 x 1 = 100)
|
19
x 1 |
19
x 2 |
|
19
x 1 |
19
x 2 |
Kas |
100,0% |
113,6% |
Hutang dagang |
100,0% |
97,8% |
Sekuritas |
100,0 |
150,0 |
Hutang wesel |
100,0 |
50,0 |
Piutang |
100,0 |
103,5 |
Hutang pajak |
100,0 |
106,7 |
Persediaan |
100,0 |
95,7 |
Hutang bank |
100,0 |
100,0 |
Total aktiva lancar |
100,0 |
102,8 |
Kewajiban lancar |
100,0 |
92,9 |
|
|
|
|
|
|
Aktiva tetap (bruto) |
100,0 |
100,0 |
Hutang jangka panjang |
100,0 |
50,0 |
Akumulasi penyusutan |
100,0 |
150,0 |
Modal sendiri |
|
|
Aktiva tetap (neto) |
100,0 |
91,7 |
Saham |
100,0 |
100,0 |
|
|
|
Laba yang ditrahan |
100,0 |
157,2 |
Total |
100,0 |
95,5 |
Total |
100,0 |
95,5 |
Penyajian dengan cara indeks menunjukkan bahwa
hampir semua komponen aktiva lancar meningkat. Sebaliknya aktiva tetap neto
menurun. Meskipun demikian ini tidak berarti bahwa perusahaan menjual aktiva
tetapnya, melainkan hanya karena penerapan prinsip akuntansi yaitu pembebanan
penyusutan. Di sisi pasiva yang mencolok adalah peningkatan laba ditahan,
penurunan hutang bank dan hutang jangka panjang. Nampak ada upaya perusahaan
untu memperkecil beban hutang. Kesimpulannya sama yaitu menguatnya permodalan
perusahaan.
E.
Analisis
Rasio Keuangan
Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan
perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu.
Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada
dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba saja, atau pada neraca dan rugi
laba. Setiap analis keuangan bias saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap
mencerminkan aspek tertentu.
Rasio-rasio
leverage. Rasio ini mengukur seberapa jauh
perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analisis menggunakan istilah rasio
solvabilitas. Yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
keuangannya.
Rasio - rasio likuiditas.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka
pendek.
Rasio-rasio
probabilitas atau efisiensi. Rasio-rasio ini
dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan. Mungkin juga
efisiensi ingin dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Sebagai
missal ada jenis perusahaan yang mengambil keuntungan relative yang cukup
tinggi dari setiap penjualan, tetapi ada pula yang keuntungan relatifnya cukup
rendah.
Rentabilitas
ekonomi. Rasio ini mengukur kemampuan aktiva
perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang
ingin diukur, maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva yang
dipergunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktia
operasional.
Rasio
rentabilitas ekonomi dirumuskan sebagai :
Rentabilitas
ekonomi = X100%
Untuk P.T TSR pada
tahun 19X2
Rentabilitas Ekonomi =
[300/{(919 + 878)/2}] X 100%
= 33,4%
Perhatikan disini kita menggunakan angka rata-rata,
dan semua aktiva dimasukkan sebagai aktiva operasional. Hal ini disebabkan
karena meskipun perusahaan tersebut mempunyai rekening “sekuritas”, rekening
tersebut bias ditafsirkan bersifat temporer sehingga semua aktiva
diklarifikasikan sebagai aktiva operasional. Kalau memang dalam komposisi
kekayaan terdapat aktiva yang tidak operasional, maka kekayaan tersebut tidak
perlu diperhitungkan dalam menilai rentabilitas ekonomi perusahaan.
Rasio-rasio
nilai pasar. Rasio – rasio
ini menggunakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan dan pasar modal.[5]
F.
Cara
Menggunakan Rasio-rasio Keuangan
Pada umumnya
digunakan dua cara untu menafisrkan rasio-rasio keuangan, dengan menggunakan
asumsi bahwa metode akutansi yang dipergunakan oleh perusahaan konsisten dari
waktu ke waktu, dan sama dengan yang dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan
lain, maka rasio-rasio keuangan yang dihitung bisa ditafsirkan dengan :
1.)
Membadingkan dengan rasio keuangan
perusahaan dimasa yang lalu.
2.)
Membandingkan dengan rasio keuangan
perusahaan-perusahaan lain dalam satu industri.
Cara kedua relative
lebih baik karena bisa mengetahui kedudukan relative perusahaan kita
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. Cara lain adalah dengan
membandingkan rasio-rasio keuangan dengan kebijakan yang diambil perusahaan. Beberapa
rasio keuangan bisa dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan seperti dalam hal,
penjualan kredit dan persediaan. Misalkan perusahaan mengambil kebijakan kredit
menjual secara kredit dengan jangka waktu
3 bulan. Dengan demikian maka periode rata-rata pengumpulan piutang
seharusnya juga akan sekitar 90 hari, atau perputaran piutang sebanyak 4x dalam
satu tahun. Perusahaan mungkin juga merumuskan kebijakan persediaan barang jadi
sebesar 1 bulan penjualan. Apabila kebijakan dirumuskan seperti itu, maka
perputaran persediaan barang jadi akan berkisar 12x dalam satu tahun. Sayangnya
tidak semua jenis rasio bisa dibandingkan dengan kebijakan keuangan, sehingga
penggunaan perbandingan dengan rasio tahun lalu dan atau industry lebih sering
dipergunakan.[6]
G.
Analisis
Keuangan Sistem Du Pont dan Analisis Rentabilitas Ekonomi
Dua system analisis keuangan yang menggunakan rasio
keuangan, yaitu system Du pont[7]
dan rentabilitas ekonomi[8],
perlu kita pahami persamaan dan perbedaannya, karena keduanya sering dipakai.
Analisis sistem Du pont menghitung return on investment yang didefinisikan
sebagai (laba setelah pajak/total aktiva). Sedangkan
rentabilitas ekonomi didefinisikan sebagai (laba sebelum bunga dan pajak/total
aktiva).
Setelah kita mengetahui perbedaanya, yang lebih
penting lagi adalah memahami manfaat kedua tipe analisis tersebut. Analisis
keuangan du pont menunjukan keterkaitan rentabilitas modal sendiri ( Return On
Equily),ROI,dan rasio hutang. Apabila perusahaan memperoleh ROI yang sama, maka
perusahaan yang menggunakan rasio hutang yang lebih tinggi akan menghasilkan
ROE yang lebih tinggi
H.
Penggunaan
Data Keuangan dari Laporan Keuangan
Pembahasan
penggunaan laporan keuangan di atas adalah untuk organisasi atau badan usaha
bisnis. Dengan penalaran yang sama dapat dierapkan pada organisasi non
bisnis.Karena aspek lingkungan, karakteristik informasi, dan lingkup informasi
yang berbeda dengan organisasi bisnis, tujuan laporan keuangan untuk organisasi
non bisnis berbeda dengan organisasi bisnis. Tujuan laporan keuangan untuk
organisasi non bisnis dimasukkan sebagai salah satu komponen kerangka
konseptual. FASB berpendapat bahwa secara konseptual perlakuan akuntansi
(pengukuran, penilaian, penyajian dan pengungkapan) terhadap komponen laporan
keuangan dasar antara organisasi non bisnis mirip dengan perlakuan akuntansi
untuk organisasi bisnis.
Penentuan Tujuan Laporan Keuangan
adalah berhubungan dengan:
a.
Siapa yang dituju,
- Apa
saja kepentingannya,
- Seberapa
luas informasi yang dibutuhkan,
- Apa
saja sumber informasi yang telah tersedia, dan
- Seberapa
banyak informasi dapat dilayani melalui Laporan
Pelaporan Keuangan harus menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi para investor serta pemakai lain.
Kepentingan-kepentingan itu antara
lain :
a) Pertangungjawaban,
b) Kebermanfaatan keputusan,
c) Riset keuangan dan pasar,
d) Penentuan tarif,
e) Penentuan pajak,
f) Pengendalian sosial,
g) Pengendalian alokasi sumber daya
ekonomi, dan
h) Pengukuran
kinerja perusahaan.
Karakteristik pemakai laporan keuangan juga harus
dipertimbangkan dalam penentuan tujuan laporan keuangan. Karakteristik pemakai
antara lain kedudukan pemakai terhadap
entitas pelapor (akses terhadap informasi).Dan tingkat pengetahuan pemakai
tentang bisnis dan ekonomi.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Laporan keuangan masih perlu diolah dan dianalisis untuk dapat
dipergunakan sesuai dengan pemakai laporan keuangan tersebut. Karena laporan
keuangan disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi, para pemakai perlu terlebih
dahulu memahami prinsip-prinsip tersebut.
Berbagai alat
analisis dapat dipergunakan untuk mengolah laporan keuangan. Alat analisis
tersebut mungkin berbentuk analisis common size, indeks maupun rasio
keuangan. Para analis mungkin merumuskan rasio keuangan tertentu sesuai dengan
kebutuhan mereka. Meskipun demikian secara umum dapat dianalisis aspek leverage,
likuiditas, profotabilitas atau efisiensi dan rasio-rasio pasar.
Rasio-rasio
keuangan yang dihitung dapat dibandingkan dengan rasio-rasio tahun lalu maupun
dengan perusahaa-perusahaan yang sejenis. Cara yang kedua merupakan cara yang
lebih baik. Disamping itu juga dapat dibandingkan dengan kebijaksanaan keuangan
yang dirumuskan oleh perusahaan.
Dua rasio
profitabilitas yang sering dipergunakan adalah return on investment dan
rentabilitas ekonomi. Rasio yang pertama berkaitan dengan dampak leverage terhadap
rentabilitas modal sendiri kalau perusahaan dapat mempertahankan return on
investment yang sama. Sedangkan analisis rentabilitas ekonomi dimaksudkan
untuk menganalisis apakah penggunaaan hutang dapat dibenarkan.
Faktor inflasi dan
perbedaan metode akuntansi yang dipergunakan perlu diperhatikan dalam melakukan
analisis terhadap laporan keuangan.
B.
Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun.
Sebagai mahasiswa kita harus mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari
kebenaran ilmu itu dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari
bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang
masih banyak memerlukan perbaikan, karena itu kami berharap saran dan kritikan
yang membangun demi sempurnanya makalahkami selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
Husnan, Fuad dan Pudjiastuti, Enny. 2004. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Anwar, Muhammad. 2019. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan.
Jakarta : Prenaedia Group
[1]
Mokhamad
Anwar, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta; Prenaedia
Group,
2019), hlm165-168
[2]
Suad Husnan dan Enny Pidjiastuti, Dasar
Dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2004), hlm. 59-61
[3]
Ibid., hlm. 61-67
[4]
Ibid., hlm. 67-68
[5]
Ibid., hlm. 69-76
[6]
Ibid., hlm. 76-77
[9]
Ibid., hlm. 78-81
No comments:
Post a Comment