Saturday, May 1, 2021

“KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN”

 

MAKALAH

KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN

Disusun untuk  Memenuhi Tugas Mata Kuliah  
Ekonomi Keuangan Islam

Dosen Pengampu :

Dhony Manggala Putra, SE,. M.M

Description: Description: Description: Description: IAIN BARU

Disusun Oleh Kelompok 2 :

 

1.      Vahma Nur Aida                          (12402183186)

2.      Ahmad Bagas Firdaus                  (12402183209)

3.      Maulida Azizah                             (12402183210)

 

 

EKONOMI SYARIAH 5 E

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2020

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya pada kita semua. Dan tidak lupa shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Kondisi Keuangan Perusahaan ini dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kurang suatu apapun.

Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan pihak-pihak lain, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

A.    Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan berbagai fasilitas dalam pembuatan makalah ini.

B.    Dhony Manggala Putra, SE,. M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Keuangan Islam

C.    Semua pihak yang telah banyak membantu menyelesaikan makalah ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa IAIN Tulungagung pada umumnya.

Wassalamualaikum wr.wb

 

Tulungangung, September 2020

 

Penyusun

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.........................................................................        ii

DAFTAR ISI.........................................................................................       iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang                                                                                  1        

B. Rumusan Masalah                                                                             2

C. Tujuan penulisan                                                                               2

BAB II PEMBAHASAN

A. Laporan Keuangan yang Pokok.                                                       3        

B. Modifikasi Data Akuntansi untuk Pengambilan Keputusan             6

C.  Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA)  8

D. Analisis Common Size dan Analisis Indeks                                      9

E. Analisis Rasio Keuangan                                                                 12

F.  Cara Menggunakan Rasio-rasio Keuangan                               

G. hdjhfdhfj

Bab III PENUTUP

A. Kesimpulan                                                                                     18        

B. Saran                                                                                               19

DAFTAR RUJUKAN

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Analisis laporan keuangan merupakan satu bagian penting dan terintegrasi dari analisis bisnis. Analisis bisnis itu sendiri adalah proses mengevaluasi prospek dan resiko ekonomi dari suatu entitas bisnis atau lingkungan bisnis, analisis atas strategi yang diterapkan di perusahaan, analisis posisi perusahaan, serta analisis kinerja keungan perusahaan.

Setiap badan usaha terutama yang bermotif laba atau perusahaan perlu menyediakan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban kepada berbagai pihak yang memiliki kepentingan. Pertanggungjawaban disediakan dalam bentuk laporan yang menggambarkan hasil operasi perusahaan sehari-hari selama satu periode laporan. Laporan tersebut juga memberikan informasi mengenai pertanggungjawaban penggunaan aktiva, penggunaan utang dan modal selama periode laporan dalam bentuk laporan posisi keuangan perusahaan.

Laporan-laporan di atas perlu dibuat sebagai wujud komunikasi manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perushaan. Melalui laporan-laporan tersebut, maka pihak yang berkepentingan akan dapat melihat potret perusahaan dan kinerja perusahaan selama periode laporan. Setelah melihat kondisi perusahaan melalui laporan keuangan yang disediakan, maka para pihak tersebut dapat menentukan kelanjutan hubungannya dengan perusahaan.

 

 

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana bentuk laporan keuangan yang pokok?

2.      Bagaimana modifikasi data akuntansi untuk pengambilan keputusan?

3.      Apa Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA) ?

4.      Bagaimana analisis Common Size dan analisis Indeks ?

5.      Apa yang dimaksud analisis rasio keuangan?

6.      Bagaimana menggunakan rasio-rasio keuangan?

7.      Bagaimana analisis keuangan sistem Du Pont dan analisis rentabilitas ekonomi?

8.      Bagaimana cara penggunaan data keuangan dari laporan keuangan?

 

C.    Tujuan Pembahasan

1.      Untuk memahami bentuk laporam keuangan pokok

2.      Untuk memahami modifikasi data akuntansi untuk pengambilan keputusan

3.      Untuk mengetahui yang dimaksud Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA)

4.      Untuk mengetahui analisis Common Size dan analisis Indeks

5.      Untuk mengetahui yang dimaksud analisis rasio keuangan

6.      Untuk memahami menggunakan rasio-rasio keuangan

7.      Untuk memahami analisis keuangan sistem Du Pont dan analisis rentabilitas ekonomi

8.      Untuk mengetahui cara penggunaan data keuangan dari laporan keuangan

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Laporan Keuangan yang Pokok

Laporan keuangan yang dapat disediakan oleh perusahaan terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya : laporan neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan laba ditahan. Di antara berbagai laporan tersebut, laporan neraca dan laporan laba rugi merupakan laporan keuangan pokok dan sisanya merupakan laporan tambahan.

Neraca dan laporan laba rugi merupakan dua laporan minimal yang harus ada untuk menilai posisi keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan selama periode laporan. Sedangkan laporan arus kas dapat dibentuk dari laporan neraca dan laporan laba rugi, sementara laporan laba ditahan sesungguhnya dapat tercermin dari laporan neraca.

1.      Neraca

Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Posisi keuangan perusahaan terdiri dari posisi aktiva (assets), kewajiban (liabilities), dan modal sendiri (equity).

Akun-akun (accouts) neraca pada sisi aktiva, disusun berdasarkan urutan likuiditas, jadi makin ke atas posisi akun tersebut maka menunjukkan asset atau aktiva yang makin tidak likuid. Likuid maksudnya adalah makin mudah untuk dicairkan.

Sementara pos-pos yang ada pada sisi pasiva, disusun berdasarkan jangka waktu. Makin ke atas menunjukkan pos atau akun yang jangka waktunya makin pendek, dan makin ke bawah menunjukkan jangka waktu yang makin panjang. Kita bisa lihat bahwa utang lancar berjangka waktu pendek, utang jangka panjang berjangka waktu panjang tetapi tidak lebih panjang dadipada modal sendiri (stockholders’ equity).

2.      Laporan laba rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang menggambarkan kinerja operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Laporan laba rugi menggambarkan perolehan pendapatan dan pengeluaran biaya selama periode tersebut. laporan laba rugi umumnya disusun secara menurun dalam satuan kolom tertentu dengan memasukkan unsur pendapatan terlebih dahulu dan kemudian diikuti unsur biaya-biayanya. Dengan menselisihkan pendapatan dengan biayanya maka akan diperoleh laba atau lugi perusahaan.

3.      Laporan laba ditahan

Laporan laba ditahan adalah laporan yang menggambarkan perubahan posisi laba ditahan selama periode waktu tertentu. Pada laporan laba ditahan ini akan diketahui beberapa saldo laba ditahan awal, pembayaran dividen selama periode tersebut dan saldo laba ditahan akhir.[1]

Neraca menunjukkan posisi kekayaan perusahaan, kewajiban keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Kekayaan disajikan dalam bentuk aktiva, sedangkan kewajiban dan modal sendiri pada sisi pasiva. Pada neraca dapat dilihat bahwa Kekayaan = kewajiban + modal sendiri.

Kebanyakan kekayaan perusahaan disajikan pada harga historis, dan apa yang tercantum pada neraca tersebut disebut sebagai nilai buku. Berikut disajikan contoh neraca PT. “TSR” pada tahun 19X1 dan 19X2

Untuk mengetahui laba yang diperoleh oleh perusahaan maka dibutuhkan laporan laba rugi. Jenis laporan ini menunjukkan bahwa laba atau rugi yang diperoleh perusahaan dalam periode waktu tertentu (misalnya satu tahun). Pada perhitungan laba rugi tersebut akuntan memasukkan beban penyusutan dari penggunaan aktiva tetap berwujud (tangible assets) dan mungkin juga amortisasi dari penggunaan aktiva tidak berwujud (intangible assets), seperti hak cipta, merek dagang dan sebagainya. Sesuai dengan prinsip matching di dalam akuntansi. Para manajer, analis sekuritas dan pejabat kredit bang seringkali memperhatikan EBITDA (Earnings Before Interest Taxes Depresiation and Amortization, atau laba sebelum bunga pajak depresiasi dan amortisasi), karena angka inilah yang dinilai menunjukkan kemampuan menghasilkan kas dari operasinya yang diperlukan untuk berbagai kegiatan. [2]

B.     Modifikasi Data Akuntansi untuk Pengambilan Keputusan

Data laporan yang disiapkan akuntan (setelah dilakukan analisis) lebih banyak bermanfaat langsung bagi para kreditur dan petugas pajak daripada para manajer dan analisis saham. Karena itu modifikasi diperlukan agar informasi untuk pengambilan keputusan tersebut bermanfaat bagi para manajer dan analisis saham.

Dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan seberapa yang merupakan aset-aset operasi (operating assets) dan yang merupakan aset-aset non operasi (non operating assets). Aset-aset operasi terdiri dari kas dan sekuritas-sekuritas yang dapat diperdagangkan, piutang koperasi, persediaan dan aktiva tetap yang diperlukan untuk beroperasinya perusahaan. Aset-aset non operasi terdiri dari sekuritas yang dapat diperdagangkan di atas jumlah yang layak untuk operasi normal, investasi pada anak perusahaan, tanah yang digunakan untuk kegiatan di masa datang, dan lain-lain.

Jumlah aktiva lancar disebut operating working capital (modal kerja operasi), sedangkan operating working capital dikurangi dengan hutang dan rekening-rekening accruals disebut dengan net operating working capital

Net operating working capital = Rp. 328 – (Rp. 89 + Rp. 20 + Rp. 32)

                                                 = Rp. 187 juta

Total operating capital = net operating working capital + net fixed assets

Untuk PT. TSR tahun 19X2

Total operating capital            = Rp. 187 + Rp. 550

                                                = Rp. 737

Untuk PT. TSR tahun 19X1

Total operating capital            = Rp 158 + Rp. 600

                                                = Rp. 758 juta

Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

Apabila dua perusahaan memiliki jumlah utang yang berbeda, dan karenanya membayar bunga yang berbeda pula, mereka mungkin memiliki kinerja yang hampir sama, tetapi akan melaporkan laba setelah pajak yang berbeda. Untuk membandingkan kinerja operasi yang lebih baik untuk mengukur kinerja manajemen, dipergunakan Net Operating Profit After Tax (NOPAT). NOPAT menunjukkan laba yang akan diperoleh oleh suatu perusahaan apabila perusahaan tersebut tidak menggunakan hutang atau tidak memiliki non operating assets. NOPAT didefinisikan

NOPAT           = EBIT (1 - tarif pajak penghasilan)

Dengan menggunakan contoh PT. TSR untuk tahun 2002, maka :

NOPAT           = Rp. 300 (1 – 0,32)

                        = Rp. 204

Free Cash Flow (FCF) atau arus kas bebas

Untuk menghitung free cash flow dapat dilakukan sebagai berikut.

NOPAT PT. TSR pada tahun 19X2 adalah Rp. 204 juta. Operating cash flow nya sama dengan NOPAT ditambah depresiasi dan amortisasi. Demikian dengan 19X2

            Operating cash flow    = NOPAT + Depresiasi

                                                = Rp. 204 juta + Rp. 50

                                                = Rp. 254 juta

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pada akhir tahun 19X1 PT. TSR mempunyai operating assets/operating capital sebesar Rp. 758 juta, dan pada akhir tahun 19X2 sebesar Rp. 737 juta. Karena itu selama tahun 19X2 PT. TSR melakukan net investment pada operating capital sebesar :

Net investment pada operating capital            = Rp. 737 - Rp.758

                                                                        = -Rp. 21 juta

Sedangkan kalau kita hitung gross investment-nya pada tahun 19X2

Gross investment pada operating assets          = Net investment + depresiasi

                                                                        = -Rp. 21 + Rp. 50

                                                                        = Rp. 29 juta

FCF PT. TSR pada tahun 19X2 adalah

FCF     = Operating cash flow – gross investment pada operating assets

            = Rp. 254 – Rp 29

            = Rp. 225 juta

Secara al-jabar, persamaan yang ekuivalen :

FCF     = NOPAT – Net investment pada operating assets

            = Rp. 204 – (-Rp. 21)

            = Rp. 225 juta

 

C.    Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA)

Market Value Added adalah kemakmuran pemegang saham dapat dimaksimumkan perberdaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan).

MVA = nilai pasar saham – modal sendiri yang disetor oleh pemegang saham (jumlah saham beredar)(harga saham) – total modal sendiri

            Economic Value Added (EVA) menilai efektivitas manajerial untuk suatu tahun tertentu. Rumus EVA sebagai  berikut :

EVA    = NOPAT – biaya modal setelah pajak, dalam rupiah, untuk operasi

= EBIT (1 – tarif pajak) – (operating capital)(biaya modal perusahaan setelah pajak)

Perhitungan MVA (misal harga saham Rp. 600 per lembar dan jumlah saham 1.000.000 lembar) dan EVA (misal biaya modal perusahaan setelah pajak adalah 15%)[3]

 

D.    Analisis Common Size dan Analisis Indeks

1.       Analisis Common Size

Analisis ini merubah angka-angka yang ada dalam neraca dan laporan rugi laba menjadi persentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk angka-angka yang ada di neraca, common base-nya adalah total aktiva. Dengan kata lain total aktiva dipergunakan sebagai 100%. Untuk angka-angka dalam rugi laba, penjualan neto dipergunakan sebagai 100%. Berdasarkan analisis tersebut, maka neraca rugi laba PT. TSR Nampak pada tabel 5.3.

Penyajian dalam bentuk common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca. Sementara pada sisi aktiva nampaknya tidak banyak perubahan komposisi (hanya aktiva lancar sedikit meningkat pada tahun 19 x 2 dibandingkan dengan tahun 19 x 1), pada sisi pasiva nempak bahwa komponen modal sendiri meningkat cukup berarti. Yaitu dari 47,6% menjadi 58,9%. Dipandang dari sisi permodalan, keadaan ini menunjukkan peningkatan permodalan perusahaan.

Tabel 5.3. Neraca common size PT. “TSR” pada 31 Desember 19 x 1 dan 19 x 2

 

19 x 1

19 x 2

 

19 x 1

19 x 2

Kas

2,2%

2,8%

Hutang dagang

9,9%

10,1%

Sekuritas

1,1

1,7

Hutang wesel

4,4

2,3

Piutang

18,5

 

Hutang pajak

3,2

3,6

Persediaan

12,8

12,8

Hutang bank

13,1

13,7

Total aktiva lancar

34,6

37,3

Kewajiban lancar

30,6

29,7

 

 

 

 

 

 

Aktiva tetap (bruto)

76,2

79,7

Hutang jangka panjang

21,8

11,4

Akumulasi penyusutan

10,8

17,0

Modal sendiri

 

 

Aktiva tetap (neto)

65,4

62,7

Saham

32,6

34,2

 

 

 

Laba yang ditahan

15,0

24,7

Total

100,0

100,0

Total

100,0

100,0

 

Laporan rugi laba yang disajikan dalam bentuk common size ditunjukkan sebagai berikut ini.

Tabel 5.4. laporan rugi laba common size PT. TSR, 1/1/19 x 2 – 31/12/19 x 2

Penjualan

100,0%

Harga pokok penjualan

68,2

Laba kotor

31,8

Ongkos-ongkos umum, penjualan dan administrasi

18,2

Laba operasi (sebelum bunga dan pajak)

13,6

Bunga

2,5

Laba sebelum pajak

11,1

Pajak

3,5

Laba setelah pajak

7,6

 

Penyajian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu memperoleh laba operasi sebesar 13,6% dari penjualan. Sedangkan laba setelah pajak yang diperoleh adalah sebesar 7,6% dari penjualan. Apabila penyajian dalam bentuk ini dibandingkan dari waktu ke waktu, maka akan mudah diperoleh kesimpulan apakah misalnya terjadi kenaikan dalam harga pokok penjualan dan sebagainya.[4]

2.      Analisis Indeks

Analisis ini merubah semua anga dalam suatu laporan keuangan pada tahun dasar menjadi 100. Pemilihan tahun dasar bukanlah selalu tahun yang paling awal, tetapi tahun yang dianggap normal. Dengan demikian analisis ini dilakukan untuk membandingkan perkembangan dari waktu ke waktu.

Tabel 5.5, indeks neraca PT. “TSR” pada 31 Desember 19 x 1 dan 19 x 2 (19 x 1 = 100)

 

19 x 1

19 x 2

 

19 x 1

19 x 2

Kas

100,0%

113,6%

Hutang dagang

100,0%

97,8%

Sekuritas

100,0

150,0

Hutang wesel

100,0

50,0

Piutang

100,0

103,5

Hutang pajak

100,0

106,7

Persediaan

100,0

95,7

Hutang bank

100,0

100,0

Total aktiva lancar

100,0

102,8

Kewajiban lancar

100,0

92,9

 

 

 

 

 

 

Aktiva tetap (bruto)

100,0

100,0

Hutang jangka panjang

100,0

50,0

Akumulasi penyusutan

100,0

150,0

Modal sendiri

 

 

Aktiva tetap (neto)

100,0

91,7

Saham

100,0

100,0

 

 

 

Laba yang ditrahan

100,0

157,2

Total

100,0

95,5

Total

100,0

95,5

Penyajian dengan cara indeks menunjukkan bahwa hampir semua komponen aktiva lancar meningkat. Sebaliknya aktiva tetap neto menurun. Meskipun demikian ini tidak berarti bahwa perusahaan menjual aktiva tetapnya, melainkan hanya karena penerapan prinsip akuntansi yaitu pembebanan penyusutan. Di sisi pasiva yang mencolok adalah peningkatan laba ditahan, penurunan hutang bank dan hutang jangka panjang. Nampak ada upaya perusahaan untu memperkecil beban hutang. Kesimpulannya sama yaitu menguatnya permodalan perusahaan.

E.     Analisis Rasio Keuangan

Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba saja, atau pada neraca dan rugi laba. Setiap analis keuangan bias saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu.

Rasio-rasio leverage. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas. Yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya.

Rasio - rasio likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek.

Rasio-rasio probabilitas atau efisiensi. Rasio-rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan. Mungkin juga efisiensi ingin dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Sebagai missal ada jenis perusahaan yang mengambil keuntungan relative yang cukup tinggi dari setiap penjualan, tetapi ada pula yang keuntungan relatifnya cukup rendah.

Rentabilitas ekonomi. Rasio ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur, maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktia operasional.

Rasio rentabilitas ekonomi dirumuskan sebagai :      

            Rentabilitas ekonomi =                X100%

                                                             

Untuk P.T TSR pada tahun 19X2

Rentabilitas Ekonomi              = [300/{(919 + 878)/2}] X 100%

= 33,4%

Perhatikan disini kita menggunakan angka rata-rata, dan semua aktiva dimasukkan sebagai aktiva operasional. Hal ini disebabkan karena meskipun perusahaan tersebut mempunyai rekening “sekuritas”, rekening tersebut bias ditafsirkan bersifat temporer sehingga semua aktiva diklarifikasikan sebagai aktiva operasional. Kalau memang dalam komposisi kekayaan terdapat aktiva yang tidak operasional, maka kekayaan tersebut tidak perlu diperhitungkan dalam menilai rentabilitas ekonomi perusahaan.

Rasio-rasio nilai pasar. Rasio – rasio ini menggunakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan dan pasar modal.[5]

 

F.     Cara Menggunakan Rasio-rasio Keuangan

Pada umumnya digunakan dua cara untu menafisrkan rasio-rasio keuangan, dengan menggunakan asumsi bahwa metode akutansi yang dipergunakan oleh perusahaan konsisten dari waktu ke waktu, dan sama dengan yang dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan lain, maka rasio-rasio keuangan yang dihitung bisa ditafsirkan dengan :

1.)    Membadingkan dengan rasio keuangan perusahaan dimasa yang lalu.

2.)    Membandingkan dengan rasio keuangan perusahaan-perusahaan lain dalam satu industri.

Cara kedua relative lebih baik karena  bisa mengetahui  kedudukan relative perusahaan kita dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. Cara lain adalah dengan membandingkan rasio-rasio keuangan dengan kebijakan yang diambil perusahaan. Beberapa rasio keuangan bisa dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan seperti dalam hal, penjualan kredit dan persediaan. Misalkan perusahaan mengambil kebijakan kredit menjual secara kredit dengan jangka waktu  3 bulan. Dengan demikian maka periode rata-rata pengumpulan piutang seharusnya juga akan sekitar 90 hari, atau perputaran piutang sebanyak 4x dalam satu tahun. Perusahaan mungkin juga merumuskan kebijakan persediaan barang jadi sebesar 1 bulan penjualan. Apabila kebijakan dirumuskan seperti itu, maka perputaran persediaan barang jadi akan berkisar 12x dalam satu tahun. Sayangnya tidak semua jenis rasio bisa dibandingkan dengan kebijakan keuangan, sehingga penggunaan perbandingan dengan rasio tahun lalu dan atau industry lebih sering dipergunakan.[6]

 

G.    Analisis Keuangan Sistem Du Pont dan Analisis Rentabilitas Ekonomi

Dua system analisis keuangan yang menggunakan rasio keuangan, yaitu system Du pont[7] dan rentabilitas ekonomi[8], perlu kita pahami persamaan dan perbedaannya, karena keduanya sering dipakai. Analisis sistem Du pont menghitung return on investment yang didefinisikan sebagai  (laba  setelah pajak/total aktiva). Sedangkan rentabilitas ekonomi didefinisikan sebagai (laba sebelum bunga dan pajak/total aktiva).

Setelah kita mengetahui perbedaanya, yang lebih penting lagi adalah memahami manfaat kedua tipe analisis tersebut. Analisis keuangan du pont menunjukan keterkaitan rentabilitas modal sendiri ( Return On Equily),ROI,dan rasio hutang. Apabila perusahaan memperoleh ROI yang sama, maka perusahaan yang menggunakan rasio hutang yang lebih tinggi akan menghasilkan ROE yang lebih tinggi

 

H.    Penggunaan Data Keuangan dari Laporan Keuangan

Pembahasan penggunaan laporan keuangan di atas adalah untuk organisasi atau badan usaha bisnis. Dengan penalaran yang sama dapat dierapkan pada organisasi non bisnis.Karena aspek lingkungan, karakteristik informasi, dan lingkup informasi yang berbeda dengan organisasi bisnis, tujuan laporan keuangan untuk organisasi non bisnis berbeda dengan organisasi bisnis. Tujuan laporan keuangan untuk organisasi non bisnis dimasukkan sebagai salah satu komponen kerangka konseptual. FASB berpendapat bahwa secara konseptual perlakuan akuntansi (pengukuran, penilaian, penyajian dan pengungkapan) terhadap komponen laporan keuangan dasar antara organisasi non bisnis mirip dengan perlakuan akuntansi untuk organisasi bisnis.

Penentuan Tujuan Laporan Keuangan adalah berhubungan dengan:

a.       Siapa yang dituju,

  1. Apa saja kepentingannya,
  2. Seberapa luas informasi yang dibutuhkan,
  3. Apa saja sumber informasi yang telah tersedia, dan
  4. Seberapa banyak informasi dapat dilayani melalui Laporan

Pelaporan Keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para investor  serta pemakai lain.

Kepentingan-kepentingan itu antara lain :

a)      Pertangungjawaban,

b)      Kebermanfaatan keputusan,

c)      Riset keuangan dan pasar,

d)     Penentuan tarif,

e)      Penentuan pajak,

f)       Pengendalian sosial,

g)      Pengendalian alokasi sumber daya ekonomi, dan

h)      Pengukuran kinerja perusahaan.

Karakteristik pemakai laporan keuangan juga harus dipertimbangkan dalam penentuan tujuan laporan keuangan. Karakteristik pemakai antara lain   kedudukan pemakai terhadap entitas pelapor (akses terhadap informasi).Dan tingkat pengetahuan pemakai tentang bisnis dan ekonomi.[9]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Laporan keuangan  masih perlu diolah dan dianalisis untuk dapat dipergunakan sesuai dengan pemakai laporan keuangan tersebut. Karena laporan keuangan disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi, para pemakai perlu terlebih dahulu memahami prinsip-prinsip tersebut.

Berbagai alat analisis dapat dipergunakan untuk mengolah laporan keuangan. Alat analisis tersebut mungkin berbentuk analisis common size, indeks maupun rasio keuangan. Para analis mungkin merumuskan rasio keuangan tertentu sesuai dengan kebutuhan mereka. Meskipun demikian secara umum dapat dianalisis aspek leverage, likuiditas, profotabilitas atau efisiensi dan rasio-rasio pasar.

Rasio-rasio keuangan yang dihitung dapat dibandingkan dengan rasio-rasio tahun lalu maupun dengan perusahaa-perusahaan yang sejenis. Cara yang kedua merupakan cara yang lebih baik. Disamping itu juga dapat dibandingkan dengan kebijaksanaan keuangan yang dirumuskan oleh perusahaan.

Dua rasio profitabilitas yang sering dipergunakan adalah return on investment dan rentabilitas ekonomi. Rasio yang pertama berkaitan dengan dampak leverage terhadap rentabilitas modal sendiri kalau perusahaan dapat mempertahankan return on investment yang sama. Sedangkan analisis rentabilitas ekonomi dimaksudkan untuk menganalisis apakah penggunaaan hutang dapat dibenarkan.

Faktor inflasi dan perbedaan metode akuntansi yang dipergunakan perlu diperhatikan dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan.

 

B.     Saran

Demikian makalah yang dapat kami susun. Sebagai mahasiswa kita harus mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan, karena itu kami berharap saran dan kritikan yang membangun demi sempurnanya makalahkami selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Husnan, Fuad dan Pudjiastuti, Enny. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Anwar, Muhammad. 2019. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Prenaedia Group

 



[1] Mokhamad Anwar, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta; Prenaedia Group,

2019), hlm165-168

[2] Suad Husnan dan Enny Pidjiastuti, Dasar Dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2004), hlm. 59-61

[3] Ibid., hlm. 61-67

[4] Ibid., hlm. 67-68

[5] Ibid., hlm. 69-76

[6] Ibid., hlm. 76-77

 

 

[9] Ibid., hlm. 78-81

No comments:

Post a Comment

Pengarahan

  BAB I PENDAHULUAN   A.    Latar Belakang Pengarahan adalah salah satu hal yang terpenting dalam pelaksanaan manajemen. Karena meru...